Minggu, 25 April 2010

SHALAT BERJAMAAH DI MASJID BAGI KAUM WANITA

Lelaki tidak ada pilihan kecuali harus shalat berjamaah di masjid. Lelaki yang memilih shalat berjamaah di rumah bersama keluarga, juga tidak dibenarkan. Simak hadits berikut:
"Demi Dzat yang diriku ditangan-Nya, aku ingin menghimpun kayu bakar, lalu kusuruh seseorang mengumandangkan adzan shalat, dan kusuruh pula imam memimpin shalat berjamaah, dan kudatangi mereka yang tidak shalat berjamaah, kubakar mereka bersama rumah-rumahnya!" (HR Bukhari – Muslim). Kalimat "bersama rumah-rumahnya", menunjukkan bahwa mereka (laki-laki) tidak boleh shalat di rumah!
Bagi kaum wanita ada dua pilihan, berdasarkan hadits di bawah ini:
"Jangan kamu melarang para wanita (shalat) di masjid, namun rumah mereka sebenarnya lebih baik untuk mereka" (HR. Abu Daud dan Al-Hakim). Hal ini berarti wanita boleh shalat di masjid ataupun di rumah.

Pilihan pertama: Jika wanita memilih shalat berjamaah di masjid pakailah pakaian sopan yang menutup aurat, dan tidak memakai wangi-wangian. "Perempuan mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian dia pergi ke masjid, maka shalatnya tidak diterima sehingga dia mandi" (HR. Ibnu Majah).

Pilihan kedua: Yang dimaksud dengan wanita lebih baik shalat di rumah, hal itu hanya berlaku jika dilakukan tepat waktu. Dari Ibnu Masud RA, dia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, amalan apakah yang paling Allah cintai?, beliau bersabda: Shalat tepat pada waktunya". (HR Bukhari Muslim).
Hati-hati ...!!! Coba kita lihat, berapa banyak wanita yang memilih untuk shalat di rumah tapi tidak shalat tepat waktu! Jika wanita kesulitan shalat tepat waktu di rumah, maka ia lebih baik shalat berjamaah di masjid demi menjaga shalat tepat waktu. Tegasnya, wanita yang memilih shalat berjamaah di masjid jauh lebih baik ketimbang wanita yang memilih shalat di rumah, tapi tidak tepat waktu.

Selain itu, wanita juga harus memberi dorongan kepada suami, ayah, saudara laki-laki dan anak laki-lakinya agar shalat berjamaah di masjid.

Imbalan bagi siapa saja yang memberi dorongan untuk shalat berjamaah di masjid:
“Barangsiapa merintis jalan kebaikan dalam Islam, berarti dia memperoleh pahala (sendiri) dan pahala orang-orang yang mengikuti jalan kebaikan tersebut dengan tiada mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR Muslim).
Konkretnya, jika kaum wanita selalu mengingatkan dan memberi motivasi kepada suami, anak laki-laki, saudara laki-laki, ayah dll untuk shalat berjamaah di masjid, maka ia akan memperoleh sebanyak pahala dari mereka yang berjamaah karena dorongannya itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.

Inilah peranan penting kaum wanita dalam membangun shalat berjamaah bagi keluarganya. “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS At Tahrim:6).

Jumat, 16 April 2010

HATI YANG SELAMAT

HATI YANG SELAMAT

Setiap orang. Tanpa kecuali, semua manusia tengah berjuang untuk bertemu dengan Allah.


"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Rabbmu, maka kamu pasti akan menemui-Nya." (QS. Al Insyiqaq: 6)

Semua akan menemui Allah dengan bekal yang telah mereka usahakan di dunia. Meskipun pada akhirnya ada yang keliru membawa bekal. Apa yang dibawanya justru menjadi beban yang menyengsarakan dalam perjalanan dan berbuah penderitaan di akhir perjalanan.

Allah menyebutkan, bahwa bekal yang bermanfaat dan akan menyelamatkan manusia ketika bertemu dengan Allah adalah qalbun salim, hati yang selamat. Tanpanya, seluruh hal yang diusahakan manusia menjadi tidak berguna. Termasuk harta dan anak-anak.

Makna Qalbun Salim
Tak ada yang menyanggah, bahwa unsur paling penting dalam jasad manusia adalah hati. Posisi hati bagi anggota badan yang lain laksana raja bagi rakyatnya, panglima bagi tentaranya, atau mirip pemegang remote control bagi barang elektronik. Segala gerak-gerik dan ucapan dikendalikan oleh hati.

Hati yang mampu mengenali Allah, hati pula yang memiliki iradah, kemauan untuk mentaati Allah, sedangkan anggota badan hanyalah sebagai pelengkap dan alat yang membantu keinginan hati. Jika hati baik, jasad akan mengikutinya, dan jika hati rusak, anggota yang lain akan mentaatinya pula. Jika hati selamat, semua akan selamat, jika hati binasa, yang lain turut sengsara.

Lalu, seperti apakah gambaran hati yang selamat, yang mewakili karakter yang paling baik itu? Persepsi sebagian orang, orang yang memiliki hati yang baik itu tidak memiliki musuh, tidak memiliki pantangan, bisa berbaur dengan siapapun, toleran kepada apapun, berkawan dengan kelompok manapun.

Sebagian lagi menyelisihi syariat yang zhahir, lalu berdalih "yang penting hatinya baik." Seperti pernyataan seorang artis sepulang umrah, ia kembali membuka auratnya, melepas kerudungnya dengan alasan yang penting hatinya berhijab. Ini adalah jawaban yang hanya layak diutarakan oleh orang yang hatinya terhijabi (tertutup) dari kebenaran. Karena bukti kebaikan hatinya adalah tunduk dengan syariat yang dibawa oleh Muhammad yang mengharuskan wanita untuk berhijab dari laki-laki yang bukan mahramnya.

Washihah bin Ma’bad; ”Mintalah nasihat kepada hatimu, kebaikan itu adalah sesuatu yang menenteramkam hatimu. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang meragukan jiwa dan berkecamuk dalam hati, meskipun orang-orang telah memberikan fatwa dan nasihat kepadamu,” (Muslim)


Hati yang selamat, hati yang baik akan tercermin dalam seluruh aktivitas bathin dan lahir pemiliknya. Hati yang selamat adalah hati yang selamat dari segala syahwat yang menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya. Hati yang selamat dari syubhat yang menyelisihi khabar-Nya.


Penyakit Syahwat dan Penyakit Syubhat
Semua kesesatan dan maksiat bersumber dari dua penyakit itu. Karena dorongan syahwat, orang yang memiliki ilmu tentang yang wajib menjadi enggan untuk melaksanakannya. Karena syahwat, maksiat, dan dosa dilakukan dengan penuh kesadaran. Ia tahu apa yang diperbuatnya adalah dosa, tapi ajakan syahwatnya mengalahkan ilmunya. Hingga ketika syahwat berkali-kali menang, ia menjadi raja bagi pemiliknya. Apa yang menjadi pilihannya adalah pilihan syahwatnya, dan apa yang dikerjakannya adalah order dari syahwatnya. Ia jadikan hawa nafsu sebagai tuhannya,


"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?" (QS. Al-Jatziyah: 23)

Pemilik qalbun salim, hatinya selamat dari penyakit syahwat, jika mencintai, ia mencintai karena Allah. Jika ia membenci, membenci karena Allah. Jika ia memberi, memberi karena Allah. Jika ia menolak, menolak karena Allah. Tak hanya sampai disitu, ia bersihkan diri dari ketundukan dan berhukum kepada syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Adapun penyakit syubhat adalah penyakit yang menimpa pemahaman. Hal itu bisa disebabkan karena keliru dalam memilih sumbernya. Atau dari sumber yang benar, namun salah cara mengambilnya. Hasil akhirnya adalah keyakinan sesat, pemikiran yang menyimpang dan amalan-amalan yang bernilai bid'ah. Penyakit ini sangat fatal, karena dari sinilah penyimpangan bermula, sementara pelakunya menganggapnya telah berbuat yang paling baik. Allah berfirman,



"Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia (sesat) perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahfi: 103-104)

Hati yang selamat akan mengambil dari sumber yang bersih, al-Qur'an dan as Sunnah, serta ijma' para ulama. Lalu mengambil dengan cara yang benar pula. Mereka memahami ayat dan hadits sebagaimana yang dipahami oleh Nabi SAW dan para sahabatnya. Seperti yang diingatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas'ud, "Sesungguhnya kalian nanti akan mendapatkan suatu kaum, mereka mengklaim sedang mengajak kalian kepada al-Qur'an, padahal sesungguhnya mereka telah membuangnya di belakang punggung mereka, maka hindarilah tindakan melampaui batas, berlebih-lebihan, dan perbuatan bid'ah, hendaknya kalian berpegang kepada ilmu dan hendaklah kalian berpegang kepada pemahaman para salaf." Wallahu a'lam.

“Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy)

As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab “Ushul Tsalatsah”, berkata:

اْلإِسْلاَمُ هُوَ اْلاِسْتِسْلاَمُ لِلَّهِ بِالَّتْوِحْيِد وَاْلاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَاْلاِبْتِعَادُ عَنِ الشِّرْكِ.

Artinya: “Islam itu ialah berserah diri kepada Allah dengan meMaha EsakanNya dalam beribadah dan tunduk dengan melakukan ketaatan dan menjauhkan diri dari syirik.”

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 112

Artinya: "(tidak demikian), bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang ia berbuat kebajikan,maka baginya pahala pada sisi TuhanNya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

TIPS MENGHADAPI SESEORANG YANG LAGI NGAMBEK

Kadang kita dihdapkan pada anak yang jika tidak dituruti kemauannya lalu ngambek dan sulit ditaklukkan. Ada beberapa tips barangkali bermanfaat:
  1. Biarkan sejenak anak menikmati kengambekannya
  2. Dalam keadaan seperti ini, jangan mencoba menasehati. sebab nasehat apapun sulit diterima
  3. Dekati anak, berusahalah memahami perasaan anak. Ajaklah bersama-sama memecahkan masalah
  4. Gunakan bahasa anak, jangan bahasa Anda. Pahami kemauannya dengan bahasa hati
  5. Gunakan bahassa yang lembut dengan perasaan yang penuh kasih. Berilah penjelasan dengan penuh perhatian, bahwa dengan cara seperti ini masalah tidak segera terpecahkan
  6. Alihkan perhatian anak yang sekiranya membuat anak merasa senang
  7. Buatlah suasana yang santai, jka memungkinkan berceritalah hal-hal yang menarik bagi anak
  8. Jangan terburu untuk membicarakan masalah yang membuat anak ngambek. Setelah suasana mencair, biarlah anak yang memulai membicarakan masalahnya
  9. Jangan mencoba masuk ke masalah anak, biarlah anak sendiri yang membawa kita masuk ke masalahnya.
  10. Dengan ketulusan dan kesabaran Anda, Insya-Allah anak tidak akan berlarut-larut dalam kengambekannya